Minggu, 22 November 2009

cinta dimana

UPACARA SUCI

seperti ini yach daun kayu kering klo tertiup tertuntun oleh angin ditengah pekuburan yang bisu. sejak itu pemakaman ngga lagi nulis puisi, sore dengan kemerahan merahannya bagai menitip lamunan diatas tanah yang terlupakan itu. iiiiiigh serem si engga! tapi gw cuma sedih aja.

ini pemakaman yang nyimpen sendu cerita gue. terlalu tua usia pemakaman ini, penuh dengan kenangan dan kemarahan. pemakaman ini ngga punya sebuah nama, orang orang terdahulu biasa menyebutnya dengan pemakaman hutan kencana, tapi itu kata orang, kalo gue sebut pemakaman ini "taman permoni"

dwi permoni suci namanya. diantara sela sela kencana ia terkubur.tak ada merah sore dimatannya, karena lusuh matanya terpejam meninggalkan pemandangan dunia saat waktu memaafkan umurnya.

sore dihari ini teramat pendek, biarlah matahari merebahkan bundarnya dilangit rendah, sebab tanah kan menjadi dingin dimalam malam mayit kekasihku. "dwi permoni suci" begitu cepat upacara penguburan itu menutupi mata ini, ngga puas deh tatap mata ini memandang terhenti sore tanpa arti. ngga puas hanya dikeremajaan gue memelihara cinta ini. yang gue pengen tuh memperhatikan hidupnya sepanjang waktu diduniaku. ..... ...

"terima kasih ratih, novi, syamsul, taufiq, lu juga dini ..... ... apalagi elu ky, ayunan tangan lu memindahkan tanah mejadi tempat permoni didalam tidurnya yang putih, tapi tolong lu jatuhin tanah dengan perlahan ky, sebab ditangan permoni masih menggenggam puisi kesenduan tuk mengingat gue.

hutan kencana. ..
pemakaman yang membungkam

air mata mengalir hangat dipipiku, mengering tanpa kain tersapu kesejukan hutan kencana sore itu.

pucat pasi wajahku, sepucat kembang tak berwarna menaburi jantung dan tanah makam itu. senandung doa mengulurkan tangannya kepadaku menarik nafas yang kuhirup tertegun. mengandung kharisma..... menelan resah..... mempesonai kebencian hutan agar tak lagi mengenaliku.....
lembut ujung daun kencana menitip lamunan diatas tanah pemakaman permoni, namun segala penglihatan membunuhku selayak mentiadakan dayaku penuh haru.
sesekali lembut angin datang sekedar melerai kerapihan potongan kembang kembang dimakam itu, sesekali sayu mataku mengalah terpejam......... .. memnjadikan ruh tak kendali kuasai jasadku .

hutan telanjang menelanjangi perasaanku. semua sahabat disekelilingku memperhatikan satu lelaki bersuci.... mensucikan muram sore yang selalu menghina cinta. dan semua sahabat meratapku tanpa kesucian.. . . kusadari warna yang tengah ditetapkan tuhan menjadi milik permoni tak kuhargai. maafkan duhai tuhanku......... . .
maafkan atas kekufuranku. .... .
kau maha pemilik cinta, dan aku lelaki yang kau titipkan cinta permoni tanpa bersukur...... ..

hmmmm . . . . dosa ngga yah ? kesedihan gw terlewat batas.. tanpa sekecup lidah yang gue sendiri selayak tak menggerakkan kata-kata itu. ... masa sih segitunya gw sama kehendak tuhan.. atau seperti inikah keadaan lelaki terpisahan cinta, cinta dimana, permoniku dimana?
tak pantas kata kata itu teruntukan tuhanku, selayak mata yang berpaling asa. berikan ku kehangatan duhai tuhanku, disetiap beku hati tanpa tertahankan dinginnya kenyataan.

''Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka fikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan''.

Bila dua orang wanita berbicara, mereka tidak mengatakan apa-apa, tetapi jika seorang saja yang berbicara, dia akan membuka semua tabir kehidupannya.
biarkan permoni mengulas kisahnya dengan ku, sebab cinta yang telah dituainya kan ia nikmati tuk sendiri.
atau kalian wahai sahabatku, biarkan ku menuai cintaku tanpa kau mempertanyakannya. sebab kutelah sendiri sementara kalian mempunyai perasaan perasaan yang terpelihara.

malam mengintip ragu ragu seolah kehangatan sore tak mempersilahkan rembulan bertahta.. . ia dimandikan didalam segala kesuciannya menanti malam malam yang menjemputnya, permoni terdiam dungu didalam kesadarannya mematuhi ajakan, akupun terdiam resah.

Sekitar belasan makam kupandangi setelah wajah cinta itu tertutupkan, hutan kencana menjadi potret dalam benakku terbingkai hatiku memandang. Mungkin tak akan hilang gambar itu hinggapun sampai kerentaan usiaku. Tak kulupakan juga wajah wajah sahabatku, dan tak akan hilang wangi yang kuhafal disetiap nafasku.

permoni yang telah menarik air mataku keluar dari kelopaknya. sehangat dada saat kumengusap pipi air mata yang berderaian. putih tidurnya dibawah remendungan bila sempurnanya perjalanan panjang, satu kancah kelenaan cermati pemakaman.
dingin,
diantara tanah tanah yang lembab.
terlalu tipis putih kain ditubuh itu, tak sempurna menyelendangi warna peluhku.
terlalu jauh demi kesedihanku... sore yang melantun lantun diatas wewangian puisi kembang

Rimbun dedauanan dihutan itu suram, hijau yang teramat hijau bila sore melembutkannya. Namun tetap membungkam membawa respati. Wuuh noviii novi ! sempet sempetnya sms gue pas gue lagi nangis, truz pas gue baca : “ tony pulang yuk… serem tau dah pengen malem “, yaude akhirnya gue blz sms itu ; “ iye bener serem juga lama lama disini, angin mulai kenceng, kencana tak sedang membungkam ".

kudiam sejenak, riky menyentuhku, memegangku, menarikku membawa kesepi terjauh mengetahui perasaan. .. tapi tidak seorangpun membacanya puisi yang kuterima dikehidupan itu.





DIA YANG MEMELIHARA PUISIKU

kalian tentu memahami kepekaan hati saat cinta memanggilmu, suaranya bagai sebuah panggilan mengajakmu bercerita. seulas cinta memang selalu memanggil manggil dengan lirih yang kuhafalnya manja, tapi cinta tak pernah mengajakku berceritera, tak seperti kalian yang selalu diberi dongeng dongeng cinta isi kitab remendungan..
mungkin cinta membawa matanya haru pada puisi puisi yang kutulis tertegun.. atau menutup bibirku saat saat ku mulai mengadu.
ceritaku tak pantas menyertai puisi cinta yang terpelihara..

seperti puisi yang selalu dipuji para pecinta.
dialah dwi permoni yang memelihara puisiku. ditangan kanannya menyimpan pujian, erat dan digenggam.
diantara bibirku dan bibirnya adalah perhiasan cinta... mengulik kata kata sendu untukku.
hanya ada pada kami cerita nestapa
cerita duka
cerita air mata yang mengalir hangat diantara pipi pipi kami.
dan cerita cinta tak pernah menulis nama kami.

kenestapaan yang selalu tumbuh disela hatiku ....
disela kencana kencana yang tak mengenali kaki sendu lelaki. . ....
jejak tak lagi bermata. .
karena rimbun dedaunan seolah membungkam remendungan..
tak ada selembar daun pun yang megetahui jatuhnya cintaku ditanah mana !